Minggu, 08 Januari 2017

Filosofi Kopi a la Leite Coffe Co.



Sobat Leite,
Kopi sudah bukan lagi merupakan hal yang asing bagi manusia jaman ini. Mulai dari anak-anak hingga orang tua, dari yang miskin hingga kaya, dari pemulung hingga presiden, semuanya mengenal dan mungkin saja menjadi penggemar kopi. Secangkir kopi panas kerap kali menjadi jamuan di pagi hingga malam hari. Nah, sebenarnya apa sih refleksi filosofis yang bisa diambil dari secangkir kopi?


Sebelum memasuki refleksi filosofis singkat dari kopi, kami mengajak Sobat Leite untuk melihat sejenak sejarah kemunculan kopi di dunia hingga Indonesia. Menurut beberapa catatan yang berhasil kami rangkum, tanaman kopi diperkirakan sudah mulai dikenal pada sekitar 1000 SM. Wow, sudah cukup lama ya, Sobat Leite? Namun demikian, menurut cerita yang belum bisa dipastikan kebenarannya, kopi baru dikenal sebagai minuman yang menyegarkan setelah seorang petani dari Ethiopia melihat hewan gembalaannya yang bersemangat hingga tengah malam setelah memakan biji kopi. “Temuan” ini kemudian, oleh penggembala Ethiopia tersebut, dilaporkan kepada sekelompok biarawan yang hidup di sekitar tempat itu. Konon, kelompok biarawan ini kemudian yang pertama kali mengolah biji kopi sehingga menjadi minuman kopi.

Sobat Leite,
Legenda kenikmatan kopi ini kemudian menyebar dari tanah Ethiopia menuju ke daratan Arab. Para penduduk Arab dikenal sebagai penduduk yang pertama kali mempopulerkan minuman kopi karena di sana, pada saat itu, minuman beralkohol dilarang. Kopi selanjutnya menyebar hingga ke Eropa dan berkembang di Eropa. Monopoli perdagangan Eropa pada masa itu menyebabkan dominasi Arab atas produk kopi melemah. Akhirnya, lewat invasi perdagangan yang dilakukan Eropa, kopi bisa sampai ke Asia hingga Indonesia (pada saat itu disebut Hindia Belanda).

Nah, kita tinggalkan sejenak sejarah kopi tersebut...
Sobat Leite, sebenarnya apa sih arti dari secangkir kopi? Kopi pertama-tama bukanlah soal cairan hitam-pahit yang biasa kita minum. Di dalam secangkir kopi, tersirat makna kemajemukan manusia. Bayangkan, secangkir kopi hitam dapat menyatukan manusia dari bermacam-macam lapisan dan golongan. Di hadapan secangkir kopi, semua manusia sama. Kopi mampu mempersatukan kemajemukan manusia.

Selain itu, Sobat Leite,
Hidup manusia bisa diibaratkan seperti secangkir kopi hitam. Di dalam cangkir tersebut, manusia tidak hanya bisa melihat pahitnya kehidupan. Sebaliknya, manusia mampu merasakan manisnya kehidupan di dalam setiap peristiwa-peristiwa pahit. Di beberapa daerah di Indonesia, terutama di daerah Flores, ada masyarakat yang lebih memilih minum kopi tanpa gula karena di dalam kopi tanpa gula tersebut sebenarnya sudah terasa manisnya kopi. Ini hanyalah sebuah gambaran, Sobat Leite, bahwa hidup tak akan pernah terlepas dari peristiwa pahit dan manis. Semua tergantung bagaimana manusia memaknainya lagi.

Secangkir kopi juga merupakan jembatan persaudaraan. Dua orang manusia yang tak saling kenal, di sebuah warung kopi, dapat bercerita banyak hal ketika mereka meminum cangkir kopinya masing-masing. Mereka membangun persaudaraan. Seorang bos perusahaan, ketika meminum kopi bersama bawahannya di sebuah kafetaria, membangun sebuah kepercayaan di antara mereka lewat dialog hangat yang terjadi. Para pemulung di kolong-kolong jembatan bisa saling membagikan kegembiraan dan keletihan hidup lewat secangkir kopi yang mereka minum.

Akhirnya, Sobat Leite,
Kopi adalah cerminan hidup manusia. Mari ngopi bersama Kopi Leite!